Pada peringatan Hari Santri di tahun 2020 yg mengambil tema "Bersama Santri Damailah Negeri" (baca: Tema Hari Santri 2020), dua lembaga sudah pernah menyiapkan teks amanat pembina upacara. Pertama adalah Kementerian Agama dengan Amanat Menteri Agama Pada Upacara Hari Santri bersama kedua adalah Ketua PBNU dengan Amanat Ketua Umum PBNU Pada Peringatan Hari Santri.
Kedua teks sambutan alias amanat pembina (inspektur) upacara dengan upacara peringatan Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2020 tersebut bisa diunduh di bagian akhir artikel ini.
1. Amanat Menteri Agama RI Pada Upacara Hari Santri 22 Oktober 2020
Amanat Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin, dengan upacara Hari santri 22 Oktober 2020 adalah sebagai berikut:
AMANAT MENTERI AGAMA Rl
PADA UPACARA HARI SANTRI 22 OKTOBER 2020
Assalamu alaikum wr. wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Shalawat bersama salam semoga tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
Saudara-saudara peserta upacara yg berbahagia,
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2020 tentang Hari Santri merupakan babak baru dalam sejarah umat Islam Indonesia. Mulai hari itu, kita dengan suka cita memperingati Hari Santri yg merupakan wujud relasi harmoni antara pemerintah bersama umat Islam, khususnya bagi kalangan kaum santri.
Selama ini kalender pemerintah yg menggunakan hitungan Masehi selalu mencantumkan tanggal merah ketika bertepatan dengan 1 Hijriyah sebagai Tahun Baru Islam. Tanggal itu memperingati peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW yg mempertemukan dua kelompok umat Islam, kaum Muhajirin dari Mekkah bersama kaum Anshar sebagai penghuni Madinah. Penduduk Madinah alias kaum Anshar tidak mempersoalkan momentum itu disebut Hijriyah yg identik dengan kaum Muhajirin.
Justru sebaliknya, momentum itu membuahkan persaudaraan bersama persahabatan yg sangat bersejarah bagi umat Islam, sehingga kedua pihak saling berkontribusi membangun masyarakat madani yg kemudian menjadi contoh ideal peradaban dunia.
Belajar dari sejarah itulah, pemerintah sudah sepatutnya memberikan apresiasi bagi perjuangan kaum santri yg secara nyata memberikan andil besar bagi terbentuk bersama terjaganya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, peringatan Hari Santri harus dimaknai sebagai upaya memperkokoh segenap umat beragama agar saling berkontribusi mewujudkan masyarakat Indonesia yg bermartabat, berkemajuan, berkesejahteraan, berkemakmuran, bersama berkeadilan.
Kalangan pesantren dalam hal ini adalah para kiai, santri bersama elemen umat Islam yg belajar kepada orang-orang pesantren diharapkan oleh segenap bangsa Indonesia untuk mencurahkan energinya dalam rangka menjaga keutuhan bersama persatuan masyarakat di tengah situasi saat ini yg penuh dengan berbagai fitnah.
Berkaca dengan sejarah, Hari Santri merujuk dengan keluarnya Resolusi Jihad dengan 22 Oktober 1945 yg memantik terjadinya peristiwa heroik 10 November 1945 di Surabaya yg kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan. Resolusi Jihad adalah seruan ulama-santri yg mewajibkan setiap muslim Indonesia untuk membela kedaulatan Tanah Air bersama mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pada kenyataannya, Resolusi Jihad itu sudah pernah melebur sekat-sekat antara kelompok agamis, nasionalis, sosialis, bersama seterusnya di kalangan bangsa Indonesia yg beragam latar belakang. Resolusi Jihad sudah pernah menyeimbangkan spiritualitas individu yg bersifat vertikal (hablun minallah) dengan kepentingan bersama yg bersifat horizontal (hablun minannas) melalui fatwa ulama yg mendudukkan nasionalisme sebagai bagian dari sikap religius.
Saudara-saudara peserta upacara yg berbahagia,
Melalui upacara bendera Hari Santri kali ini, saya ingin menyampaikan bahwa Kementerian Agama dengan peringatan tahun 2020 ini mengusung tema Bersama Santri Damailah Negeri' . Isu perdamaian diangkat sebagai respon atas kondisi bangsa Indonesia yg saat ini sedang menghadapi berbagai persoalan, seperti maraknya hoaks, ujaran kebencian, polarisasi simpatisan politik, propaganda kekerasan, hingga terorisme.
Hari Santri tahun ini merupakan momentum untuk mempertegas peran santri sebagai pionir perdamaian yg berorientasi dengan spirit moderasi Islam di Indonesia. Dengan karakter kalangan pesantren yg moderat, toleran, bersama komitmen cinta tanah air, diharapkan para santri semakin vokal untuk menyuarakan bersama meneladankan hidup damai serta menekan lahirnya konflik di tengah-tengah keragaman masyarakat. Marilah kita tebarkan kedamaian, kapanpun, dimanapun, kepada siapapun.
Selamat Hari Santri 22 Oktober 2020
Bersama Santri Damailah Negeri
Wassalamu alaikum wr. wb.
Jakarta, 22 Oktober 2020
Menteri Agama Rl
Lukman Hakim Saifuddin
Untuk mengunduh Amanat Menteri Agama RI dengan upacara Hari Santri 22 Oktober 2020, sila KLIK DI SINI.
Baca juga:
- Kumpulan Bingkai Foto Profil Hari Santri 2020
- Spanduk bersama Baliho Hari Santri Nasional 2020
- Susunan Acara Upacara bersama Sambutan Pembina Hari Santri Nasional
2. Amanat Ketua Umum PBNU Pada Peringatan Hari Santri Tanggal 22 Oktober 2020
Berikut adalah amanat Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, MA., dengan peringatan Hari Santri 2020.
AMANAT KETUA UMUM PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA PADA PERINGATAN HARI SANTRI TANGGAL 22 OKTOBER 2020
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
بسم هللا الحمد هلل الصالة والسالم على سيدنا وموالنا وحبيبنا وشفيعنا محمد رسول هللا
وعلى اله وصحابته ومن تبع سنته وجماعته من يومنا هذا الى يوم النهضة
أما بعد
Hari ini 4 tahun lalu, Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo menerbitkan keputusan bersejarah. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2020 tanggal 22 Oktober 2020 tentang Hari Santri. Keputusan yg bertepatan dengan tanggal 9 Muharram 1437 Hijriyah itu merupakan bukti pengakuan negara atas jasa para ulama bersama santri dalam perjuangan merebut, mengawal, mempertahankan, bersama mengisi kemerdekaan Republik Indonesia. Itulah mengapa Keluarga Besar Nahdlatul Ulama bersama seluruh rakyat Indonesia saat ini mengekspresikan rasa syukur dengan memperingati Hari Santri.
Pengakuan terhadap kiprah ulama bersama santri tidak lepas dari Resolusi Jihad yg dikumandangkan Hadlaratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari, Rais Akbar Nahdlatul Ulama, dengan 22 Oktober 1945. Di hadapan konsul-konsul Nahdlatul Ulama seluruh Jawa-Madura, di Kantor Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama, Jl. Boeboetan VI/2 Soerabaja, Fatwa Resolusi Jihad NU digaungkan Hadlaratus Syeikh dengan pidato yg menggetarkan:
“...Berperang menolak bersama melawan pendjadjah itoe fardloe ‘ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata ataoe tidak) bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek bersama kedoedoekan moesoeh. Bagi orang-orang jang berada di loear djarak lingkaran tadi, kewadjiban itoe djadi fardloe kifayah (jang tjoekoep kalaoe dikerdjakan sebagian sadja…).”
Tanpa Resolusi Jihad NU bersama pidato Hadlaratus Syeikh itu, tidak mau pernah ada peristiwa heroik perlawanan rakyat tanggal 10 November di Surabaya yg kelak dikenal bersama diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Kiprah santri teruji dalam mengokohkan pilar-pilar NKRI berdasarkan Pancasila bersama bersendikan Bhinneka Tunggal Ika. Santri berdiri di garda depan membentengi NKRI dari berbagai ancaman. Tahun 1936, sebelum Indonesia merdeka, kaum santri menyatakan Nusantara sebagai Dârus Salâm. Pernyataan ini adalah legitimasi fikih berdirinya NKRI berdasarkan Pancasila. Tahun 1945,
demi persatuan bersama kesatuan bangsa kaum santri setuju menghapuskan tujuh kata dalam Piagam Jakarta. Tahun 1953, kaum santri memberi gelar Presiden Indonesia Ir. Soekarno sebagai Waliyyul Amri ad-Dlarûri bis Syaukah, pemimpin sah yg harus ditaati bersama menyebut para pemberontak DI/TII sebagai bughat yg harus diperangi. Tahun 1965, kaum santri berdiri di garda depan menghadapi rongrongan ideologi komunisme. Tahun 1983/1984, kaum santri memelopori penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa-bernegara bersama menyatakan bahwa NKRI sudah final sebagai konsensus kolor domestik (mu’âhadah wathaniyyah). Selepas Reformasi, kaum santri menjadi bandul kekuataan moderat sehingga perubahan konstitusi tidak melenceng dari khittah 1945 bahwa NKRI adalah negara-bangsa, —bukan negara agama, bukan negara suku— yg mengakui seluruh warga negara memiliki hak bersama kewajiban yg sama di hadapan konstitusi, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, ras, agama, bersama golongan.
Untuk menginsyafkan semua pihak bersama mengingatkan kita sendiri selaku kaum santri, kenyataan itu perlu diungkapkan: betapa besar saham kaum santri dalam proses berdiri bersama tegaknya NKRI. Tanpa kiprah kaum santri, dengan sikap sosialnya yg moderat (tawassuth), toleran (tasâmuh), proporsional (tawâzun), lurus (i’tidâl), bersama wajar (iqtishâd), NKRI belum tentu eksis hingga hari ini. Negeri-negeri Muslim di Timur Tengah bersama Afrika sekarang remuk bersama porak poranda karena ekstremisme bersama ketiadaan komunitas penyangga aliran Islam wasathiyyah.
Momentum Hari Santri hari ini perlu ditransformasikan menjadi gerakan penguatan paham kebangsaan yg bersintesis dengan keagamaan. Spirit “nasionalisme bagian dari iman” (االيمان من الوطن حب) perlu terus digelorakan di tengah arus ideologi fundamentalisme agama yg mempertentangkan Islam bersama nasionalisme. Islam bersama ajarannya tidak bisa dilaksanakan tanpa tanah air. Mencintai agama mustahil tanpa berpijak di atas tanah air, karena itu Islam harus bersanding dengan paham kebangsaan. Hari Santri juga harus digunakan sebagai revitalisasi etos moral kesederhaan, asketisme bersama spiritualisme yg melekat sebagai karakter kaum santri. Etos ini penting di tengah merebaknya korupsi, narkoba, LGBT bersama hoax yg mengancam masa depan bangsa.
Hari ini santri juga hidup di tengah era digital. Internet adalah bingkisan kecil dari kemajuan nalar yg menghubungkan manusia sejagat dalam dunia maya. Ia punya aspek manfaat bersama mudharat yg sama besar. Internet bisa digunakan untuk menebarkan pesan-pesan kebaikan bersama dakwah Islam, tetapi juga bisa dipakai untuk merusak harga diri bersama martabat kemanusiaan dengan ujaran kebencian, fitnah bersama hoax. Santri perlu ‘memperalat’ teknologi informasi sebagai media dakwah bersama sarana menyebarkan kebaikan bersama kemaslahatan serta mereduksi penggunaannya yg tidak sejalan dengan upaya untuk menjaga agama (والعقل الدين حفظ), jiwa (النفس حفظ), nalar (العقل حفظ), harta (المال حفظ), keluarga (النسل حفظ), bersama martabat (العرض حفظ) seseorang. Kaedah fikih: al- muhâfadhah ala-l qadîmis shâlih wa-l akhdzu bi-l jadîdi-l ashlah senantiasa relevan sebagai bekal kaum santri menghadapi tantangan zaman yg terus berubah.
Singkatnya, santri harus siap mengemban amanat yg sangat berat, namun mulia: yaitu amanah agama bersama tanah air. Juga amanah kalimatul haq. Berani mengatakan “iya” terhadap kebenaran walaupun semua orang mengatakan “tidak” bersama sanggup menyatakan “tidak” dengan kebatilan walaupun semua orang mengatakan “iya”. Itulah karakter dasar santri sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzaab ayat 72 yg bumi, langit bersama gunung tidak berani memikulnya.
إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَهَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَٰنُۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومٗا جَهُولٗا ٧٢
“Sesungguhnya Kami sudah pernah amanatkan kepada langit, bumi bersama gunung-gunung, semuanya enggan memikul amanat itu bersama mereka khawatir mau mengkhianatinya, bersama dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim bersama amat bodoh.”
Alhamdulillah, selama ini santri sanggup mengemban amanat ini. Terbukti, walaupun Mbah Hasyim Asy’ari disiksa Jepang untuk hormat ke arah matahari terbit (seikerei), beliau tegas menolak. Kyai Wahid Hasyim hingga Gus Dur juga demikian, selalu menyatakan kalimatul haq, tidak pernah tergiur dengan godaan duniawi apapun.
Allah berfirman dalam Q.S. Al-Fathiir ayat 5:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ
“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu bersama sekali-kali janganlah syaitan yg pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.”
Khusus untuk anak-anakku para Santri yg saat ini turut larut dalam kegembiraan perayaan Hari Santri, kalian adalah bagian penting sejarah perubahan bangsa Indonesia mendatang. Nikmati kesederhanaan hidup di Pesantren, meskipun makan dengan lauk seadanya bersama sehari-hari mengenakan sarung bersama sandal jepit. Sebab, tempaan yg kalian terima di pesantren mau menjadi bagian penting sejarah hidup kalian untuk menjadi pribadi yg mandiri, berempati bersama berkarakter. Suatu pribadi yg dibutuhkan dalam penegakan agama, pengelolaan bangsa bersama negara
Akhirnya, mewakili santri se-nusantara, saya Said Aqil Siroj, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyampaikan terima kasih kepada Presiden Ir. H. Joko Widodo yg sudah menetapkan hari santri sebagai hari nasional.
Saya tegaskan, penetapan hari santri bukan intervensi pemerintah terhadap pesantren. Tetapi merupakan bentuk penghargaan kepada santri bersama kaum pesantren yg terus menanamkan keluhuran akhlak bersama kemandirian sebagai jati dirinya, sehingga membentuk karakter bangsa.
Peringatan Hari Santri tahun 2020 ini juga terasa begitu istimewa. Karena seiring peringatan hari santri tahun ke-empat ini ditetapkan RUU tentang Pesantren bersama Pendidikan Keagamaan sebagai RUU usul inisiatif DPR. Penetapan RUU Pesantren bersama Pendidikan Keagamaan ini kita nilai sebagai berkah bersama karunia agung dari Allah SWT. Nahdlatul Ulama bersyukur bersama menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yg sudah pernah berjuang melahirkan rancangan undang-undang ini di DPR.
Akhirnya, mari kita berjuang bersama. Agar santri tidak hanya menjadi shoutul haq, melainkan sekaligus menjadi qororul haq (pemegang kebijakan).
Selamat Hari Santri 2020. Terima kasih Presiden Jokowi.
شكرا ودمتم في الخير والبركة والنجاح وهللا الموفق إلى أقوم الطريق
والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
Jakarta, 22 Oktober 2020
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama,
Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, MA.
Ketua Umum
Itulah kedua sambutan alias amanat pembina upacara (inspektur upacara) peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2020. Memilih amanat pembina upacara Hari Santri versi Menteri Agama RI alias amanat Ketum PBNU sah-sah saja sesuai dengan selera.
No comments:
Post a Comment